Pada zaman dulu, sebelum gemerlapnya bioskop modern dan hiburan digital, layar tancap adalah salah satu bentuk hiburan utama bagi masyarakat pedesaan di Indonesia. Kini layar tancap menjadi kenangan indah bagi banyak orang, terutama bagi mereka yang tumbuh di kampung-kampung, di mana layar tancap menjadi pusat hiburan tersendiri.
Layar tancap merupakan layar putih yang dipasang di lapangan dengan menggunakan tiang bambu atau kayu. Terdapat sebuah proyektor yang dipasang didepan layar untuk memutar film dengan audio visual sederhana, biasanya yang di putar berupa film-film populer saat itu, layar tancap biasanya digelar dilapangan pedesaan pada waktu malam. Kesan menonton di layar tancap membawa kepuasan tersendiri, di mana tawa, teriakan, dan tepuk tangan bersama-sama menciptakan kenangan yang sulit dilupakan.
Layar tancap bukan hanya menyajikan tontonan film, tetapi juga menjadi hiburan yang meriah. Masyarakat dari berbagai lapisan berkumpul bersama, dari anak-anak hingga orang dewasa, untuk menonton film di bawah langit malam. Tak jarang, para penonton membawa bekal makanan ringan dan minuman untuk menemani menonton layar tancap sampai dini hari.
Namun, seperti halnya banyak tradisi, layar tancap mengalami penurunan popularitas seiring dengan perkembangan teknologi. Kemajuan bioskop modern dan popularitas teknologi membuat layar tancap kehilangan daya tariknya.
Saat ini, layar tancap tidak bisa ditemui lagi di berbagai pelosok daerah. Generasi muda mungkin hanya mendengar cerita tentang hiburan malam-malam di lapangan yang dipenuhi tawa dan sorak sorai. Meskipun layar tancap telah meninggalkan jejak kenangan, kehadirannya tetap menjadi bagian berharga dari sejarah hiburan rakyat di Indonesia.
Namun, melalui kenangan layar tancap, kita dapat merenung dan menghargai bagaimana hiburan sederhana di masa lalu mampu menyatukan masyarakat. Ada yang masih ingat judul film apa saja yang sering di putar di layar tancap?